Google
Web This Blog

Cbox

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool

Selasa

Cepat atau Lambat , Bakteri Makin Kebal Terhadap ANTIBIOTIK

Cepat atau Lambat , Bakteri Makin Kebal Terhadap ANTIBIOTIK


Munculnya bakteri super yang resisten terhadap berbagai antibioitik
paling ampuh sekalipun bukanlah hal baru dalam dunia kedokteran. Cepat
atau lambat, bakteri memang akan menjadi RESISTEN / KEBAL TERHADAP
ANTIBIOTIK (Multiresisten) yang ada saat ini .

" Tidak ada Antibiotik yang Sensitif (Mampu Bertahan Lama) dalam
membunuh bakteri . Para ahli mikrobiologi menganggap, antibiotik bukan
merupakan cara tepat untuk menangani penyakit. Karena apabila peneliti
menemukkan antibiotik untuk membunuh bakteri, tahun-tahun berikutnya
bakteri akan menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada," kata
Prof. Sam Soemarto dari PAMKI (Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik
Indonesia),
Menurut Prof. Sam, pada dasarnya bakteri menjadi resisten karena
banyak cara. "Pertama, memisahkan dirinya secara genetik. Kemudian dia
bisa tumbuh menjadi bakteri baru yang kebal karena adanya proses
mutasi dan transfer gen antibiotik ke bakteri lain," jelas Prof. Sam.
Mutasi sendiri ialah terjadinya modifikasi protein, yaitu penurunan
afinitas ikatan protein bakteri dengan Antibiotik. Protein akan tahan
terhadap kehilangan efisiensi karena mutasi tersebut. Nantinya,
mutasi genetis yang berbeda akan menghasilkan tipe resistensi yang
berbeda juga.
"Beberapa mutasi mengakibatkan bakteri dapat menghasilkan zat kimia
(enzim) yang cukup untuk menonaktifkan antibiotika . Hal yang sama
terjadi pada bakteri super yang menghasilkan enzim NDM-1," kata Prof
Sam.
Selain itu, menurut Prof, Sam Soemarto, resistensi juga terjadi karena
bakteri mentransfer gen antibiotik ke bakteri lain. Bakteri bisa
mendapatkan gen-gen resisten terhadap antibiotika dari bakteri lain
dengan beberapa cara. Dengan melakukan proses perkawinan sederhana
yang disebut "konjugasi," bakteri dapat mentransfer materi genetik,
termasuk kode-kode genetik yang resisten terhadap antibiotika
(ditemukan dalam plasmids and transposons) dari satu bakteri ke
bakteri yang lainnya.
Bakteri yang mendapatkan gen-gen resisten, baik melalui mutasi spontan
atau melalui pertukaran genetis dengan bakteri lainnya, memiliki
kemampuan untuk melawan satu atau lebih jenis antibiotika. Karena
bakteri dapat mengumpulkan beberapa sifat resistensi seiring dengan
berjalannya waktu, mereka dapat menjadi resisten terhadap beberapa
jenis antibiotika yang berbeda.
Penggunaan tidak tepat "Resisten dari bakteri itu sendiri bisa
dipercepat oleh pola pemakaian ANTIBIOTIK (resep) yang dipakai dakter
tidak tepat," kata Prof Sam.
Menurut Prof. Sam, kebanyakan resep untuk penyakit tertentu seharusnya
tidak perlu menggunakan antibiotik . Misalkan resep untuk flu, yang
diketahui jelas bahawa penyakit flu berasal dari virus, sehingga tidak
terpengaruh oleh pemberian antibiotik.
Selain itu Prof. Sam menjelaskan bakteri yang mengalami resistensi
terhadap antibiotika juga disebabkan karena adanya penyalahgunaan dan
penggunaan antibiotik yang dapat dibeli tanpa resep dokter. "Pasien
suka minum antibiotik tertentu padahal belum tentu obat itu mengobati
penyakitnya, " kata Prof. Sam.
Padahal, penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat menghasilkan
jenis bakteri baru yang dapat bertahan terhadap pengobatan yang
diberikan atau yang disebut dengan resistensi bakteri. Jenis bakteri
baru ini memerlukan dosis yang lebih tinggi atau antibiotika yang
lebih kuat untuk dapat dimusnahkan.
Di sisi lain, lanjut Prof. Sam, kebiasaan pasien tidak menghabiskan
antibiotik yang diberikan dokter juga berpengaruh untuk meningkatkan
resistensi dari bakteri tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar